Sabtu, 28 Desember 2013

Perkembangan Musik Keroncong di Indonesia


Keroncong bermula dari sejenis musik portugis yang mereka beri nama Fado. Jenis musik tersebut di perkenalkan di Indonesia oleh para pelaut dan anak buah kapal niaga sekitar abad 16. Dalam perjalanannya musik keroncong ini mengalami banyak perkembangan dan perubahan.  Perkembangan tersebut diantaranya masuk sejumlah unsur-unsur yang berasal dari nusantara, di antaranya pengunaan alat musik tradisional seperti seruling dan beberapa komponen dari gamelan. Pada sekitar abad 19 jenis musik yang sudah campuran ini mulai popular di berbagai tempat di Indonesia.
Awalnya musik jenis ini dimainkan dengan alat musik yang memiliki dawai, seperti biola,ukulele dean juga selo. DI Indonesia musik ini mulai bercampur dengan kesenian tradisional. Alat musik khas nusantara di gunakan untuk memainkan musik keroncong ini.
Pem-"pribumi"-an keroncong, dengan alat-alat musik seperti

  • sitar
  • rebab
  • suling bambu
  • gendangkenong, dan saron sebagai satu set gamelan
  • gong.
  • ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai)
  • ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
  • gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
  • biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivariusdari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;
  • flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakaiSuling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);
  • selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
  • kontrabas (menggantikan Gong)
Komposer Norwegia memiliki tradisi untuk mempromosikan karya mereka sendiri, dan telah berjuang untuk mendapatkan penghargaan baik melalui organisasi komposer dan hak cipta di tingkat nasional, Nordic dan internasional. Selama bertahun-tahun, banyak dari komposer penting Norway yang menjabat sebagai ketua NY Musikk. Setelah Pauline Hall, yang dianggap sebagai salah satu dari beberapa impresionis Norway, muncul Finn Mortensen (1890-1969), juara aliran serialisme, diikuti Arne Nordheim, figur terdepan musik elektronik. Mereka yang juga pernah menjabat sebagai ketua adalah Kåre Kolberg, John Persen dan Åse Hedstrøm, yang kesemuanya merupakan komposer yang dihormati. Baik Persen dan Hedstrøm pernah menjabat sebagai direktur festival musik kontemporer yang paling berpengaruh di Norwegia, Ultima – Festival Musik Kontemporer Oslo.
Arne Nordheim (dilahirkan tahun 1931) memiliki posisi istimewa diantara para komposer saat ini. Ia tinggal di Grotten, lingkungan tempat tinggal terhormat Pemerintah Norwegia didekat Kerajaan di Oslo, sebuah penghormatan yang diberikan kepada salah satu artis paling terkemuka. Teman-temannya yang juga mendapat pengakuan internasional adalah Antonio Bibalo dari Italia dan Edvard Hagerup Bull. Generasi penerusnya termasuk Olav Anton Thommessen dan Lasse Thoresen, keduanya menekuni karir sebagai komposer disamping menduduki posisi sebagai profesor komposisi yang berpengaruh di Akademi Musik Norwegia, serta Cecilie Ore, Rolf Wallin dan Asbjørn Schaathun. Generasi yang lebih muda adalah Jon Øyvind Ness, Eivind Buene, Maja Ratkje dan and Lars Petter Hagen.

Arne Nordheim (dilahirkan tahun 1931) memiliki posisi istimewa diantara para komposer saat ini. Ia tinggal di Grotten, lingkungan tempat tinggal terhormat Pemerintah Norwegia didekat Kerajaan di Oslo, sebuah penghormatan yang diberikan kepada salah satu artis paling terkemuka. Teman-temannya yang juga mendapat pengakuan internasional adalah Antonio Bibalo dari Italia dan Edvard Hagerup Bull. Generasi penerusnya termasuk Olav Anton Thommessen dan Lasse Thoresen, keduanya menekuni karir sebagai komposer disamping menduduki posisi sebagai profesor komposisi yang berpengaruh di Akademi Musik Norwegia, serta Cecilie Ore, Rolf Wallin dan Asbjørn Schaathun. Generasi yang lebih muda adalah Jon Øyvind Ness, Eivind Buene, Maja Ratkje dan and Lars Petter Hagen.
Arne Nordheim (dilahirkan tahun 1931) memiliki posisi istimewa diantara para komposer saat ini. Ia tinggal di Grotten, lingkungan tempat tinggal terhormat Pemerintah Norwegia didekat Kerajaan di Oslo, sebuah penghormatan yang diberikan kepada salah satu artis paling terkemuka. Teman-temannya yang juga mendapat pengakuan internasional adalah Antonio Bibalo dari Italia dan Edvard Hagerup Bull. Generasi penerusnya termasuk Olav Anton Thommessen dan Lasse Thoresen, keduanya menekuni karir sebagai komposer disamping menduduki posisi sebagai profesor komposisi yang berpengaruh di Akademi Musik Norwegia, serta Cecilie Ore, Rolf Wallin dan Asbjørn Schaathun. Generasi yang lebih muda adalah Jon Øyvind Ness, Eivind Buene, Maja Ratkje dan and Lars Petter Hagen.
Meski demikian, hadirnya kelompok musik kontemporer harus diapresiasi. Sebab, mereka mampu memadukan memadukan alat musik tradisional dengan modern untuk menghasilkan harmonisasi yang indah. Terlebih, ini merupakan salah satu cara untuk terus melestarika kebudayaan musik anak bangsa

Komposer Norwegia memiliki tradisi untuk mempromosikan karya mereka sendiri, dan telah berjuang untuk mendapatkan penghargaan baik melalui organisasi komposer dan hak cipta di tingkat nasional, Nordic dan internasional. Selama bertahun-tahun, banyak dari komposer penting Norway yang menjabat sebagai ketua NY Musikk. Setelah Pauline Hall, yang dianggap sebagai salah satu dari beberapa impresionis Norway, muncul Finn Mortensen (1890-1969), juara aliran serialisme, diikuti Arne Nordheim, figur terdepan musik elektronik. Mereka yang juga pernah menjabat sebagai ketua adalah Kåre Kolberg, John Persen dan Åse Hedstrøm, yang kesemuanya merupakan komposer yang dihormati. Baik Persen dan Hedstrøm pernah menjabat sebagai direktur festival musik kontemporer yang paling berpengaruh di Norwegia, Ultima – Festival Musik Kontemporer Oslo.

Arne Nordheim (dilahirkan tahun 1931) memiliki posisi istimewa diantara para komposer saat ini. Ia tinggal di Grotten, lingkungan tempat tinggal terhormat Pemerintah Norwegia didekat Kerajaan di Oslo, sebuah penghormatan yang diberikan kepada salah satu artis paling terkemuka. Teman-temannya yang juga mendapat pengakuan internasional adalah Antonio Bibalo dari Italia dan Edvard Hagerup Bull. Generasi penerusnya termasuk Olav Anton Thommessen dan Lasse Thoresen, keduanya menekuni karir sebagai komposer disamping menduduki posisi sebagai profesor komposisi yang berpengaruh di Akademi Musik Norwegia, serta Cecilie Ore, Rolf Wallin dan Asbjørn Schaathun. Generasi yang lebih muda adalah Jon Øyvind Ness, Eivind Buene, Maja Ratkje dan and Lars Petter Hagen.

Meski demikian, hadirnya kelompok musik kontemporer harus diapresiasi. Sebab, mereka mampu memadukan memadukan alat musik tradisional dengan modern untuk menghasilkan harmonisasi yang indah. Terlebih, ini merupakan salah satu cara untuk terus melestarika kebudayaan musik anak bangsa
Secara spesifik musik kontemporer hanya dapat dipahami dalam hubungan sejarah musik Barat di Eropa dan Amerika. Namun walaupun demikian dapat mengacu terhadap pemahaman yang spesifik, sesungguhnya label kontemporer yang dibubuhkan pada kata seni maupun musik sama sekali tidak menunjukan pengertian definisi yang bersifat normatif. Itulah sebabnya bagi mereka yang awam, seni atau musik kontemporer banyak menimbulkan kesalah pahaman yang berlarut-larut. Apa bila kehadiran budaya baru ini hendak ditransmisikan ke Indonesia sebagai salah satu transformasi budaya modern kita, maka dasar-dasar pijak dan posisinya cepat atau lambat harus ditegaskan. Kalau tidak demikian, maka fenomena budaya besar dunia itu hanya akan kita tangkap sebagai hobi, sebagaimana kita menangkap seni klasik modern dan sebagainya hingga saat ini.1
Perbedaan presepsi mengenai seni kontemporer tidak terjadi di Indonesia saja, di Barat pun demikian. Dalam soal musik, masalah ini lebih terasa. Misalnya, pada acara pembukaan pameran lukisan kontemporer, sering musik disajikan, tetapi musik semacam ini tidak bermakna, hanya berfungsi sebagai tempelan atau latar belakang. Dalam pergelaran musik pun jarang kita mengalami jenis musik yang bersifat kontemporer. Disisi lain pada umumnya para seniman menghibur diri dengan musik populer, baik jazz mainstrem atau fusion, maupun gaya pop-pseudo-avangarde yang sedang ngetrend.2 Musik kontemporer Indonesia adalah sebuah fenomena yang lahir sebagai produk budaya masyarakat Indonesia yang hidup di abad 20. Gejala ini muncul sebagai akibat dari pertemuan antara dua tradisi budaya Indonesia dengan sub kulturnya budaya Eropa. Pertemuan tersebut telah merangsang masyarakat Indonesia untuk menggunakan musik sebagai bahasa ekspresi yang personal. Musik tidak lagi merupakan cermin dari pandangan hidup sebuah komunitas, akan tetapi pandangan hidup seseorang indvidu dengan segala keunikannya. Dari sini muncul sebuah pelembagaan kreativitas yang saat ini kita kenal dalam bentuk sebagai berikut. (1) Pemisahan antara seorang pemain musik dan pencipta yang disusul dengan kemunculan figur seorang komponis. (2) Pembakuan karya musik yang tertuang dalam bentuk notasi. (3) Pementasan musik sebagai peristiwa khusus dalam sebuah gedung pertunjukan yang khusus pula dengan penonton yang tidak berasal dari sebuah komunitas. (4) Musik sebagai sebuah komoditi budaya yang berorientasi pasar. (5) Pembahasan karya musik yang berorientasi kemasalah estetika dengan menekankan aspek-aspek teknik formal. (6) Formalisasi pendidikan komposisi musik dalam program perguruan tinggi. (7) Tekstualisasi pertunjukan musik dalam media massa. Gejala pelembagaan diatas, muncul sebagai hasil dari sebuah transformasi budaya musik Indonesia kedalam sistem budaya musik Barat yang masuk kenegeri ini melalui jalur kolonialisme. Proses inilah yang kemudian membuat dunia musik kontemporer Indonesia menjadi sebuah fenomena politik dan menjadi arena konflik antara berbagai ideologi di awal kemerdekaan.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup

TOKOH KERONCONG


Salah satu tokoh musik keroncong di Indonesia dan memiliki peranan yang sangat besar dalam membesarkan nama musik keroncong adalah bapak Gesang. GEsang yang berasal dari kota Surakarta (solo) ini memperkenalkan musik keroncong hingga ke jepang, dan dari itu semasa hidupnya pak Gesang mendapat santunan dari pemerintah Jepang setiap tahun. Salah satu lagunya yang masih terkenal sampai saat ini adalah lagu yang berjudul Bengawan Solo.
Oleh para musisi keroncong Indonesia Pak Gesang di beri julukan Buaya Keroncong yang artinya pakar untuk musik keroncong. Asal mula Gesang di sebut Buaya Keroncong ini terkait dengan lagu yang dibuatnya yaitu Bengawan Solo. Bengawan Solo adalah sungai yang berada di sekitar kawasan Surakarta. Seperti yang diketahui buaya adalah reptile yang memiliki di habitat atau di sungai. Dan dihabitatnya buaya merupakan predator ganas yang tak terkalahkan. Pengandaian itulah yang membuat Gesang di sebut Buaya Keroncong yang artinya ahli keroncong yang tak akan terkalahkan.

Musik kontemporer
Bapak musik kontemporer atonal Norwegia adalah Fartein Valen (1877-1952). Menguasai 12 bahasa, ia merupakan seorang berbakat yang kehidupannya merupakan misteri dan menggunakan gaya halus yang sulit dimengerti untuk karya kontemporernya. Walaupun mengenyam pendidikan di Berlin, mempelajari lagu-lagu Bach secara otodidak merupakan faktor paling penting dalam perkembangan karirnya. Visinya untuk menciptakan tipe suara poliphony berdasarkan disonansi menghasilkan sistem 12-nada yang ia kembangkan bersama dengan, namun secara independen, Arnold Schönberg.Komunitas musik kontemporer Norway saat ini memainkan peranan aktif secara nyata bagi kehidupan musik Norwegia. Ny Musikk, bagian dari International Society for Contemporary Music merupakan pemain penting dalam area ini. Organisasi ini didirikan oleh komposer Pauline Hall (1890-1969) pada tahun 1938, setelah menetap di Paris menggugah minatnya untuk mencoba tren baru. Saat ini, organisasi tersebut memiliki jaringan nasional yang luas untuk memajukan musik kontemporer dan mendorongperkembangan komposer dan musisi kontemporer yang baru.

KELOMPOK MUSIK KONTEMPORER
Perkembangan musik di Solo, Jawa Tengah, ditandai dengan lahirnya sejumlahkelompok musik kontemporer. Seperti grup musik Etno Ensemble yang mendominasi permainan musik dengan perkusi. Uniknya, kelompok tersebut bereksperimen dengan mengembangkan musik khas reog Ponorogo yang dinamis.
Namun, Wayan menyayangkan kelompok musik kontemporer yang kurang mengeksploitasi alat musik lokal, seperti gendang ataupun gamelan. Selain itu, ia juga menilai masih banyak grup musik kontemporer yang belum mempunyai jati diri lantaran cenderung memainkan lagu yang sedang populer.
A.    Istilah Kontemporer
Tokoh  music kontemporer
1.    Harry Roesli
Profesor psikologi ini bukanlah musisi biasa. Dia melahirkan fenomena budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif, dan konsisten memancarkan kritik sosial. Dia mampu secara kreatif melahirkan dan menyajikan kesenian secara komunikatif. Karya-karyanya konsisten memunculkan kritik sosial secara lugas dalam watak musik teater lenong.
Beberapa karya musiknya yang terkenal di antaranya : “Musik Rumah Sakit” ( 1979 dan 1980 di  Jakarta), “Parenthese”, “Musik Sikat Gigi” (1982 di Jakarta),  Opera Ikan Asin,  dan  Opera Kecoa.
Harry Roesli bukan musisi biasa. Kehidupan yang sesungguhnya baginya adalah seni musik. Kehidupannya adalah kegiatan musik. Alat yang digunakan untuk musik kontemporernya yakni  perkusi, band, rekaman musik, dan lain-lain.
2.    Slamet Abdul Sjukur
Salah satu ciri khasnya yaitu adanya sifat mendrobrak. Tetapi saat berbicara mengenai perlunya suatu pembaruan, Slamet tidak terbatas pada permasalahansosial atau politik. Di dalam musik itu sendiri banyak hal-hal yang perlu dikembangkan. Misalnya yang mempunyai suara uwek-uwek,  yang belum pernah ada sebelumnya dalam dunia musik. Hal seperti itu tentu merupakan tanda kreatifitasyang bisa mengembangkan seni musik itu sendiri. Dalam pertunjukannya, ada pula tari yang ditampilkan sendirian dan musik yang ditampilkan sendirian.    Slamet berpendapat kalau ada penonton yang bingung mendengarkan musik kontemperer , ya lumrah saja. Hal ini disebabkan oleh jarak  tafsir antara pemusik dengan penonton yang ada. Slamet mengaitkan karya musik kontemporer dengan zaman sekarang.
3.    Djaduk Ferianto
Djaduk Ferianto memadukan antara elemen musik tradisional dan modern. Dalam karya musiknya, alat musik yang digunakan sudah sering kita lihat, hanya saja perpaduan yang belum pernah ada sebelumnya. Misalnya kendang dipadu denganflute. Djaduk banyak bereksperimen bersama grup musiknya yang berbasis diYogya, Sinten Remen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar