Sabtu, 28 Desember 2013

Sejerah Perkembangan Musik Masa Kolonial

Sebelum merdeka negara Indonesia lama sekali di jajah. Penjajahan itu pertam kali di lakukan oleh bangsa Eropa. Bangsa Eropa memasuki wilayah Indonesia karena keadaan alam Indonesia yang sangat kaya. Adalah Alfonso de Albuquerque karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara (Indonesia) waktu itu di kenal oleh orang Eropa dan di mulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.Ketika orang-orang Eropa dating ke Indonesia  pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda, yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai  negara yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis).Pada masa itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.Akibat dari penjajahan ini bangsa Indonesia tertindas dan tersiksa. Mereka di jadikan budak di negeri sendiri. Bangsa eropa bersenang-senang dengan hasil bumi yang telah berhasil mereka rampas. Selama masa penjajahan ini bangsa Indonesia tidak bisa hidup tenang, mereka di cekam rasa ketakutan. Dan karena itu mulailah banyak bermunculan organisasi-organisasi yang ingin memerdekakan tanah air dari tangan bangsa asing (penjajah).

SEJARAH MUSIKDari perjalanan sejarah terlihat bahwa perekembangan musik nasional di Indonesia pada masa kolonial Belanda (1908-1942) yaitu periode dalam sejarah pergerakan, bersamaan dengan berdirinya Budi Utomo yang berjuang pada awal periode itu disebut sebagai angkatan perintis kemerdekaan masa kolonialisme.Dalam perjalanan sejarah di Indonesia bangsa Belanda pernah mengajarkan instrumen musik  asal Barat kepada abdi dalem Kesultanan Kraton Yogyakarta dan Kasunanan Kraton Surakarta. Hal ini dilakukan,tujuannya agar dapat memainkan lagu kebangsaan ‘Wilhelmus’ saat upacara kunjungan tamu resmi pejabat dari negeri Belanda. Pada tanggal 26 mei 1923, terbentuklah tradisi musik diatonik yang dikembangkan dengan baik oleh Walter Spies dan beberapa orang Eropa serta seorang Letnan Angkatan Darat Hindia Belanda Dongelman.Pada tanggal 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia mengucapkan ikrar sumpah pemuda, yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Sebagai simbol ikrar teks sumpah pemuda tersebut, berkumandanglah lagu ‘Indonesia Raya’ untuk pertama kalinya yang diciptakan Wage Rudolf Supratman ( W.R. Supratman). Diakuinya bahasa melayu sebagai bahasa nasional dan sekaligus diakuinya musik diatonis sebagai musik nasional, disebabkan perlakuan istimewa terhadap lagu ‘Indonesia Raya’ sebagai akibat diakuinya bahasa melayu sebagai bahasa nasional. Hal ini memicu timbulnya konflik para cendekiawan Jawa pada masa itu yang menginginkan lagu ‘Indonesia Raya’ menggunakan musik khas Jawa melalui instrumen pukul gamelan. Upaya telah dilakukan dengan mencoba para empu gamelan pada tahun 1930-an dengan memodernisir gamelan secara praktek maupun teori. Perubahan-perubahan dalam notasi musik diantaranya pernah ditulis dalam buku kecil Muhamad Yamin, bahwa usaha-usaha memainkan lagu ‘Indonesia Raya’ dengan gamelan terbukti mengalami kegagalan, oleh karena secara teknis lagu itu memakai sistem tangganada diatonis, sementara instrumen gamelan memakai sistem tangganada pentatonik.Pada masa pendudukan Jepang dan Orde Lama 1942-1965, yaitu diawali perjuangan revolusi Indonesia, sebagai angkatan pendobrak hingga pasca kolonialisme. Perkembangan musik menjadi isu politik yang beredar, karena perbedaan pendapat di kalangan para pejuang seniman Indonesia. Perkembangan musik berfungsi sebagai salah satu sarana pendidikan nasional mengalir setelah munculnya generasi penerus sesudah W.R. Supratman dan Mochamad Syafei pendiri  INS Kayu Tanam di Sumatera Barat. Di Jawa di kenal generasi berikutnya yaitu Ismail Marzuki, Kusbini, Bintang Sudibyo, R. Soenarjo, H. Mutahar, R.A.J. Soedjasmin dan lain-lain.
PENGARUH MUSIK PADA MASA KOLONIAL (PENJAJAHAN)Masa kolonial juga membawa pengaruh besar kedalam seni musik Indonesia. Masa kolonial ini dimulai dengan masuknya bangsa Eropa ke Indonesia. Bangsa Eropa yang masuk ke Indonesia dimulai dari bangsa Portugis, Inggris , lalu disusul oleh Belanda. Orang-orang Eropa ini (khususnya Portugis) banyak memperkenalkan alat musik asal Negara mereka. Alat musik tersebut diantaranya biola, selo(cello), gitar, seruling(flute), dan ukulele.  Alat musik ini akhirnya berkembang dengan sangat pesat di daerah Pulau Jawa.Para musisi pun menciptakan musik dengan perpaduan musik barat dan musik Indonesia  yang dikenal dengan  musik keroncong. Keroncong yang dikenal sebagai musik khas daerah Jawa ternyata merupakan keturunan dari musik orang-orang Portugis. Dalam perkembangannya, sejumlah unsur tradisional asli Nusantara (Indonesia), seperti penggunaan seruling dan beberapa komponen gamelan membuat keroncong menjadi khas Nusantara (Indonesia). Dahulu, dalam sejarahnya, keroncong pertama kali dikenalkan oleh para pelaut asal Portugis di abad ke-16. Keroncong itu merupakan sejenis musik yang dikenal dengan sebutan fado oleh bangsa PortugisPada awal tahun 1900 musik keroncong menjadi musik yang jarang diminati dan kadang di anggap musik randahan. Tapi, setelah tahun 1930-an musik keroncong mulai berkembang dan banyak diminati. Ini dapat di lihat dari musik-musik keroncong yang di masukkan ke dalam produksi-produksi film dalam negeri. Pada saat itu, lagu keroncong yang paling popular adalah lagu Bengawan Solo yang di ciptakan oleh Gesang Martohartono. Lagu ini ditulis pada tahun 1940 bersamaan ketika tentara Jepang menguasai pulau Jawa pada Perang Dunia ke II. Saat ini musik keroncong tidak hanya dikenal di dalam negeri melainkan di kenal di mancanegara.Orang-orang Eropa juga membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Selain itu bangsa eropa juga memiliki peranan dalam memperkenalkan tangga nada diatonis  dan sistem penulisan notasi yang saat ini di gunakan oleh hampir seluruh musisi di Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar